Interaksi Warga dan Jokowi di Lapangan Bola Desa Sungai Tohor, Kepulauan Meranti Provinsi Riau. |
KAMIS SORE itu tak akan pernah saya lupakan. Bersama masyarakat Riau lainnya, kami
menunggu Joko Widodo, Presiden Indonesia di lapangan bola kaki desa Sungai
Tohor, Kepulauan Meranti, Riau. Ia akan menepati janjinya setelah Rabu kemarin
batal mendarat di desa Sungai Tohor karena cuaca buruk.
Pagi
itu cuaca sangat cerah. Sejak surya terbit hingga menjelang tengah hari, belum
ada tanda-tanda awan hitam datang. Namun masyarakat yang datang tak pula
seramai kemarin. Barangkali mereka masih kecewa. Sama, sayapun demikian
sebenarnya. Tapi tak lama. Harapan ternyata lebih besar dari rasa kecewa. Saya
harus bertemu bapak Presiden.
Jam
delapan lebih tiga garis. Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) intruksikan
warga untuk duduk berkumpul di atas terpal yang sudah disediakan. Hanya ada
beberapa laki-laki dewasa, guru, aparat keamanan dan banyak anak berseragam
sekolah.
Saya
segera melaju ke posisi paling depan dan berada di tegah. Harapannya agar lebih
leluasa melihat bapak Presiden. Saya duduk di antara Syafizal dan Syahdan.
Mereka murid di SD 01 Sungai Tohor. Beberapa anak yang saya ajak cakap bilang hendak bersalaman dengan
bapak Presiden. Namun lain halnya pada Syafizal. Ia ingin bilang kepada Jokowi
agar bisa bantu bapaknya padamkan api jika kebun sagunya terbakar lagi.
Kebun
sagu bapak Syafrizal merupakan satu diantara banyak kebun dan lahan gambut
lainnya yang terbakar. Bapaknya dan masyarakat desa Sungai Tohor hanya bisa
padamkan api menggunakan ember-ember kecil dan tangki semprot. Ia biasa
digunakan untuk penyemprotan pestisida di ladang sayuran. Tentu cara ini tidak
efektif untuk padamkan api. Mereka tak bisa berbuat banyak. Hasilnya kebun sagu
bapaknya Syafrizal terbakar setengah dari luas kebunnya. Ini hanya bagian kecil
dari kebakaran lahan gambut yang ada.
Tahun
ini di bulan ke tiga, kabut asap sangat tebal. Ia memasuki level berbahaya
untuk dihirup. Sekolah, kampus, perkantoran dan lainnya diliburkan. Pesawat,
kapal, mobil, motor dan kendaraan lainnya tak bisa dioperasikan. Pekanbaru dan
hampir seluruh Riau lumpuh total. Dinas Kesehatan perintahkan tidak ada yang
keluar rumah. Kondisinya saat itu asap sudah bercampur abu akibat kebakaran
hutan dan lahan yang sangat luas. Seluruh masyarakat harus menggunakan masker
jika hendak keluar rumah. Namun berbeda dengan saya, menggunakan masker di
dalam maupun di luar rumah, bahkan saat tidur adalah satu keharusan.
Jika
musim asap tiba ayah saya menjadi orang yang paling khawatir dengan kesehatan
saya. Sejak kecil saya tinggal di Pelalawan. Disana setiap tahun pasti berasap.
Akibatnya saya juga anak-anak kecik
lainnya gampang batuk. Ayah bilang waktu TK saya pernah batuk hingga tiga
bulan. Kalau sudah batuk susah berhentinya. Mata merah retak-retak dan hampir
muntah. Gejalanya seperti TBC, tapi dokter bilang saya alergi asap dan ini
berbahaya.
Tujuh
belas tahun berlalu tak terasa. Hingga sekarang jika musim asap tiba saya
sering sesak napas. Bahkan pernah dilarikan ke UGD karena susah bernapas. Lalu
dipasangkan selang oksigen ke hidung.
Lagi-lagi
mungkin kisah saya hanya bagian kecil dari dampak kebakaran hutan dan lahan.
Dua minggu lalu saat mengikuti Kongkow Ijo di Jakarta, Riko Kurniawan dari
Walhi Riau bilang bencana asap di Riau mengakibatkan banyak warga terkena ISPA, dan dua orang
meninggal dunia.
Ini adalah
bentuk pelanggaran HAM. Andreas Harsono, seorang peneliti dari Human Rights Watch pernah mengatakan
dalam blog pribadinya bahwa, pemerintah Indonesia juga melanggar hak-hak
masyarakat sekitar hutan, dari Riau sampai Papua, yang menggantungkan hidup
mereka pada hutan. Sebab, pemerintah “mengatur” alokasi pemanfaatan hutan dan
menentukan batasan-batasan “hutan industri.” Hak-hak masyarakat ini termasuk
hak untuk diajak musyawarah dan hak mendapat kompensasi yang adil atas
hilangnya akses mereka terhadap tanah dan hutan; hak masyarakat adat, sesuai
hukum internasional, untuk mengendalikan tanah adat dan sumberdaya alam; serta
hak-hak yang diakui Perserikatan Bangsa-bangsa atas keselamatan seseorang tanpa
gangguan terhadap kehidupan pribadi, keluarga dan rumah mereka, serta untuk
menikmati barang-barang milik pribadi mereka secara nyaman. Salah urus
pengelolaan hutan dan korupsi terkait konsesi kehutanan dan pertanian, juga
memicu konflik lahan, sesekali berbuntut kekerasan, antara perusahaan dan
masyarakat setempat.
Berbicara
terkait asap di Riau memang tak ada habisnya. Semua akan terkena dampaknya.
Namun kedatangan Presiden Jokowi kemaren membawa angin segar untuk kami dan
seluruh masyarakat Riau. Ia berinteraksi langsung dengan warga dan ikut
memancang kayu pada Tebat atau bendungan
sederhana pada kanal. Tentu ini satu bentuk pencegahan. Ia akan menahan laju
air dan bikin tanah gambut menjadi tetap basah. Tak banyak yang tahu,
barangkali juga pemerintah. Sebab selama ini pemerintah hanya memadamkan api
dan mensosialisasikan bahasa “menanggulangi” padahal mencegah lebih baik dari
pada itu.
Jokowi Apresiasikan Solusi dari Warga. Warga Ajak Jokowi Pancang Kayu Pada Tebat (Bendungan) atau Sekat-sekat di Kanal Agar Gambut Tak Kering dan Terbakar. |
Jam delapan lebih dua garis akhirnya helicopter milik TNI
berhasil mendarat dan disusul oleh helicopter Presiden. Anak-anak yang semula
duduk, bersorak-sorak melambaikan tangannya sambil berkata, “Jokowi…. Jokowi…. nak salam”.
Tak berapa lama kemudian segerombolan orang bermunculan
dari beberapa titik. Tampak wajah mereka ceria, seolah tak ada lagi kesal dan
rasa kecewa semalam. Mereka datang membawa harapan-harapannya dan begitu juga
saya.
“Tujuh belas tahun kebakaran hutan adalah praktek
pembiaran. Ini hanyalah masalah mau atau tidak mau, niat atau tidak niat
menyelesaikannya”, kata Jokowi.
Saya akan ingat dan tagih janji ini. Semoga tahun depan dan seterusnya kampung
kami, Riau tak berasap lagi. Sudahi tujuh belas tahun dilema kebakaran hutan
dan lahan. Tindak tegas siapapun pembakarnya. Kami juga berhak
menghirup udara yang sehat. Terima kasih sudah datang ke kampung kami bapak
Presiden. Kami menanti angin segar berikutnya.
Komentar
Posting Komentar