Langsung ke konten utama

Melepas Kutukan Melalui Perempuan

Oleh: Rahmi Carolina

Tanggal 9 Desember merupakan Hari Anti Korupsi Internasional. Beberapa spanduk tentang peringatannya berdiri rapi di bibir jalan Sudirman. Kabarnya, Riau mejadi tuan rumah dalam momentum tersebut. Mungkin ia terpilih karena kisah kelam dimasa lalunya sebagai daerah rawan korupsi.

Di Indonesia, berbicara soal korupsi sudah seperti makanan sehari-hari. Hal itu terbukti dari banyaknya pemberitaan di media yang menyoroti kasus tersebut. Selalu saja ada dan seolah tanpa jeda. Bahkan untuk Riau sendiri saat ini disebut sebagai daerah yang memiliki angka korupsi tertinggi. Lantas disusul oleh daerah Aceh, Sumatera Utara, Papua dan Papua Barat. Tentu saja pencapaian yang diperoleh Riau seolah kutukan untuk marwah melayu.

Sumber: Google
Sejak KPK berdiri, tercatat sudah 25 orang pejabat di Riau tersangkut kasus korupsi. Tingginya kasus korupsi di Bumi Lancang Kuning tampak dari terjeratnya tiga Gubernur dalam tiga periode berturut-turut. Ketiganya ditahan KPK dengan kasus yang berbeda. Selain itu KPK juga menetapkan dua orang ketua DPRD Riau sebagai tersangka suap rancangan APBD. Lalu selebihnya ada pula Bupati, Kepala Dinas, dan pengusaha yang bernasib sama.

Tindak korupsi tentu berbeda dengan pencurian biasa. Perbuatan yang notabene dilakukan oleh oknum pejabat publik cenderung memiliki dampak yang luas. Ia menyoal suatu sistem pemerintahan dimana ia berada. Tak menutup kemungkinan pula, dampaknnya akan terjadi pada kehancuran negara. Hal tersebutlah yang membedakan tindak kriminal biasa di tingkat masyarakat umum, yang efeknya pun hanya sebatas lingkup perindividu dan tak pula mempengaruhi sistem pemerintahan.

Lantas kenapa orang-orang korupsi dan bagaimana mengatasinya?
Saya pernah membaca tentang sebuah analisa psikologi. Kaum behaviorist mengungkapkan bahwa, lingkunganlah yang secara kuat memberikan dorongan bagi orang untuk berbuat korupsi. Hal tersebut mengalahkan sifat baik yang sudah menjadi karakter pribadinya. Tak ada hukuman, lingkungan dalam hal ini justru memberikan dukungan untuk menyalahgunakan kekuasaan. Sedangkan lingkungan terdekat itu sendiri adalah keluarga.

Menurut KPK, lebih dari 93 persen korupsi dilakukan oleh laki-laki. Peran perempuan dianggap penting  sebagai agen pencegahan korupsi yang luar biasa. Di dalam keluarga, perempuan adalah tokoh sentral. Perempuan dapat berperan sebagai ibu, istri dan anak. Ia memiliki power yang dominan terhadap arah perkembangan keluarga.

Peran perempuan sebagai agen pencegahan korupsi
Sebagai seorang ibu, peran perempuan sangat berpengaruh untuk mewujudkan kebahagiaan dan keutuhan keluarganya. Tugas ibu yang paling utama ialah mendidik anak-anaknya. Ia mulai dilakukan dari dalam kandungan hingga lahir dan dewasa. Menanamkan nilai-nilai kebaikan, termasuk di dalamnya nilai kejujuran. Ibu adalah guru utama yang ada di rumah untuk anak-anak. Sedangkan peran ayah hanya mengokohkan saja apa yang telah dibangun oleh ibu. Ibu benar-benar menentukan karakter anak-anaknya kelak.

Sedangkan sebagai istri peran perempuan adalah mengatur kondisi rumah tangga. Memastikan apa yang telah diberikan oleh suaminya cukup, pandai mengelola keuangan. Selain itu istri juga berperan sebagai pendengar yang baik, lantas memberi masukan yang baik pula. Dan tentu berupaya tidak memberikan dorongan untuk menyalahgunakan kekuasaan suami.

Sumber: Google
Sementara peran perempuan sebagai anak untuk mencegah korupsi pun saya rasa cukup efektif. Hal tersebut bisa dilakukan dengan tidak meminta hal yang sifatnya berlebihan. Menolak diberikan uang dari hasil yang tidak jelas. Biasanya anak perempuan mempunyai kommunikasi dan kedekatan yang baik dengan ayahnya. Sesekali ajak ayah bercerita tentang nilai kejujuran yang telah ditanamkan oleh ibu, hal tersebut dilakukan agar ayah selalu teringat jika hendak melakukan korupsi. Lantas sebagai anak perempuan dewasa, bisa terlibat langsung dalam pengawasan praktek-praktek korupsi. Misalnya membentuk komunitas dan mendukung lembaga publik anti korupsi.

Dari ketiga peranan tersebut, saya yakin jika semua perempuan bergandengan dan turut serta membasmi korupsi, tak ada lagi kutukan untuk Riau sebagai salah satu daerah terkorup di Indonesia. Perempuan mempunyai peran yang besar untuk perubahan. Seperti yang pernah dikatakan oleh Bung Karno, kalau perempuan itu baik, maka jayalah negara. Tetapi jika perempuan itu buruk, maka runtuhlah negara.   

*

Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba Hari Anti Korupsi Internasional yang diselenggarakan KPK dan Blogger Bertuah Pekanbaru







Komentar

Postingan populer dari blog ini

Data Nyastra Sarongge

Judul : Sarongge Penulis : Tosca Santoso Penerbit : Dian Rakyat Tahun terbit : September 2012 Tebal buku : 370 halaman Sebuah novel fiksi pertama karya Tosca Santoso. Direktur Utama KBR68H ini sudah 20 tahun lebih menjadi seorang jurnalis. KBR68H kantor berita radio independen terbesar di Indonesia. Melayani berita dan program-program radio berkualitas untuk 900 radio lebih di Indonesia, serta 9 negara di Asia dan Australia terhitung hingga saat ini. Selain itu ia juga   menjadi Direktur Utama Green Radio dan Tempo TV. Sarongge adalah tempat angker yang dihuni roh-roh jahat. Begitu kata sebuah catatan usang penulis Belanda. Sisi lain, warga setempat bercerita kalau Sarongge adalah makhluk jejadian. Berkepala manusia, tetapi berbadan kuda seperti halnya dongeng Yunani, Centaurus. Namun sayang belum ada warga yang pernah bertemu makhluk tersebut. Sehingga tak ada gambaran lebih jelas atau hanya seonggok cerita turunan dari nenek moyang mereka.

Pekasam Ikan Subayang

Oleh: Rahmi Carolina Pekasam ikan merupakan salah satu produk ikan awetan yang diolah secara tradisional. Ia dilakukan dengan metode penggaraman yang dilanjutkan dengan proses fermentasi. Biasanya pekasam menggunakan ikan air tawar dengan rasa sedikit masam ketika sudah jadi. Di Riau sendiri khususnya di Rimbang Baling, Kampar Kiri Hulu olahan masakan ini cukup dikenal. Konon kabarnya, pekasam ikan ini dilakukan agar ikan awet lebih lama, food safety. Ia pun menjadi makanan simpanan jika satu waktu terjadi kesulitan mencari bahan pangan. Sebab dimasa itu belum ditemukan cara pengawetan dengan tekhnologi menggunakan pendingin bersuhu di bawah nol derajat celcius, seperti kulkas. Kamu penasaran? Mari kita coba! Bahan: 1.       1kg ikan Lilan (ikan air tawar dari Subayang) 2.       ½ canting beras 3.       1 bungkus garam kasar 4.       3 helai daun kunyit Cara membuatnya: 1.       Siangi ikan dan cuci bersih. 2.       Sangrai beras hingga berwarna cokla