Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2015

Tanam Pondasi Sejak Dini

Sore itu sekiranya matahari masih menyalak di Desa Muara Bio, saya dan Trilis juga bersama tiga anak desa itu duduk di pinggir sungai. Kami main air sambil cakap-cakap. Mereka adalah Nisa, Arsi dan Delima. Mereka seumuran. Mereka sekolah di SDN 012 Batu Sanggan, Kampar Kiri Riau. SD tersebut satu-satunya sekolah yang ada disana. Tujuh orang pengajar beserta perangkat sekolah dan siswanya yang hanya berjumlah duabelas orang. Bagaimana tidak, di desa itu hanya ada 33 Kepala Keluarga. Biasanya setelah tamat SD anak-anak melanjutkan sekolah di desa lain. Namun hal tersebut tak pula menyulutkan semangat mereka untuk bersekolah. Desa Muara Bio Waktu itu Delima bilang air sungai Subayang jernih, segar, enak kalau berenang. Apalagi berenangnya dimulai dari loncat di atas batu besar lalu menyelam sampai ke dasar. Iya itu benar, saya juga merasakan hal yang sama. Muara Bio dikelilingi sumber air yang bersih. Ia disimpangi oleh dua sungai, Subayang dan Bio. Coba bayangkan bagaimana seruny...

Diolog Tengah Hati

Siang ini benar aku tak ingin tidur. Dialog kita tengah malam itu terus mengusar pikiranku. Berkali terus terulang kata-katamu. Ia berputar tanpa pusing. Tapi aku pusing. Pusing Pusing Pusing Pusing Bisikan itu bikin bising. * Sebagian dari diriku macam hilang. Atau barangkali aku telah menjadi aku yang baru. Aku asing memandang diri sendiri. Seringkali aku merasa menjelma menjadi orang lain, tapi aku bukan siluman, bunian atau teman mereka yang lain. Aku yang lalu seperti punah diburu penguasa. Aku hilang tertanam entah dimana. Tapi jasatku terkatung di hadapanmu. Kemana aku? Aku dibunuh? Aku membunuh? Kenapa aku? Untukmu; Puan Puaka Aku marah Kulanjutkan hidup yang telah kau ubah Aku tak lagi berumah Kau bunuh aku dengan gagah Puah! Puah! Jangan jilat nanah (Arifin Ahmad, 26Agustus'15)