Sore itu sekiranya matahari masih menyalak di Desa Muara Bio, saya dan Trilis juga bersama tiga anak desa itu duduk di pinggir sungai. Kami main air sambil cakap-cakap. Mereka adalah Nisa, Arsi dan Delima. Mereka seumuran. Mereka sekolah di SDN 012 Batu Sanggan, Kampar Kiri Riau. SD tersebut satu-satunya sekolah yang ada disana. Tujuh orang pengajar beserta perangkat sekolah dan siswanya yang hanya berjumlah duabelas orang. Bagaimana tidak, di desa itu hanya ada 33 Kepala Keluarga. Biasanya setelah tamat SD anak-anak melanjutkan sekolah di desa lain. Namun hal tersebut tak pula menyulutkan semangat mereka untuk bersekolah. Desa Muara Bio Waktu itu Delima bilang air sungai Subayang jernih, segar, enak kalau berenang. Apalagi berenangnya dimulai dari loncat di atas batu besar lalu menyelam sampai ke dasar. Iya itu benar, saya juga merasakan hal yang sama. Muara Bio dikelilingi sumber air yang bersih. Ia disimpangi oleh dua sungai, Subayang dan Bio. Coba bayangkan bagaimana seruny
"Sekali berarti, sesudah itu mati. Menulis adalah bekerja untuk keabadian".