Sore itu sekitar jam 3 sore di jalan Sudirman Pekanbaru. Hanya beberapa sepeda motor berani lalu lalang. Selebihnya mobil. Matahari hampir dua minggu tak menampakkan wujud. Hujan tak pula turun. Kurang lebih dua bulan kabut asap mengepul di langit Pekanbaru. Lain hal di Pelalawan tempat orang tua saya tinggal, sejak tahun baru 2014 lalu hingga pertengahan bulan Maret hujan tak pernah membasahi kabupaten tersebut. Hasilnya, api bermunculan di beberapa titik. Udara dan air merupakan tanda kehidupan. Manusia tanpa makanan masih bisa bertahan hidup berjam-jam. Namun manusia tanpa udara hanya bisa bertahan hidup beberapa detik. Sebab itulah ketika kabut asap harus dihirup lagi, banyak masyarakat menyumpah dan marah pada para pemimpin negara. Ia hanya hadir saat memungut pajak dan memberantas korupsi. Ia seolah diam ketika kabut asap menyelimuti langit kampung kami. Barangkali rakyatpun lebih peduli dengan penghapusan kabut asap dari pada penghapusan KPK. Di tahun ini kabut asap dat
"Sekali berarti, sesudah itu mati. Menulis adalah bekerja untuk keabadian".